Abey is here

Jalanan yang padat membuat Johnny sedikit telat sampai di rumah malam hari ini. 5 menit sebelumnya dia mendapatkan pesan dari sang istri yang mengatakan bahwa Yoel—teman SMA-nya—sudah sampai di rumah mereka. Johnny sebenarnya tidak terlalu khawatir membiarkan Yoel dan sang istri berdua. Malahan yang terlintas di pikirannya adalah apakah Pamela bisa mengobrol dengan Yoel yang notabenenya sejak SMA cenderung tidak banyak bicara.

Tetapi, pikiran dan kekhawatiran itu percuma karena yang didapati oleh Johnny saat sampai rumah adalah kenyataan bahwa Pamela dan Yoel tengah asik berbincang-bincang. Sedikit kaget dan cemburu melihat istrinya dapat membuat seorang Yoel tertawa seperti itu.

“Hi, sorry tadi macet banget,” sapa Johnny. Laki-laki itu langsung merangkul pundak Pamela. “Ke ruang tamu aja gimana?”

“Hi, John. Ga perlu, sorry gue langsung balik aja kali, ya. Lagian lo udah di rumah juga, tadi gue ga enak aja ninggalin istri lo sendirian. Lumpianya juga udah sama istri lo. Btw, sekali lagi selamat.” Yoel pamit karena menurutnya sudah terlalu malam untuk dia berada di rumah pasangan suami istri.

Well, gue yang harusnya makasih. Kalau nanti lo butuh sesuatu hubungi gue aja ya.” kata Johnny.

Yoel tersenyum. “I will.” Kemudian berpamitan sekali lagi kepada Johnny dan Pamela.


Melihat mobil Yoel yang telah menjauh membuat Johnny dan Pamela masuk ke dalam rumah. Baru saja menutup pintu depan, Johnny langsung memeluk Pamela dari belakang.

“Hmm, what happened?” Pamela bertanya kemudian membawa tangannya ke kepala Johnny dan mengelusnya.

Johnny meletakkan dagunya di pundak kiri Pamela, mencium pipinya. “Kamu ngobrol apa aja tadi sama Yoel kayanya asik banget?” tanya Johnny.

Pamela memicingkan matanya dan membalikkan badan agar dapat berhadapan dengan Johnny. “Ohhh, cemburu? I barely know him, sayang. Jadi aku harus ngobrol dong biar suasananya ga canggung.” Pamela menatap wajah Johnny dan mengelus pipi sang suami. Johnny menangkup tangan Pamela dan menutup matanya.

“Ga, cuma aneh aja.” katanya singkat.

Setelah beberapa saat mendung di wajah Johnny berubah, senyum kembali menghiasi wajahnya. Kemudian, Johnny sedikit merendahkan tubuhnya hingga sejajar dengan perut Pamela. “Abeynya Papip gimana hari ini?” Johnny bertanya sambil mengelus perut Pamela.

“Mamimnya ga ditanyain?” tanya Pamela. Johnny menonggakkan kepala dan mengerutkan jidat. “Kirain tadi udah,” Johnny berdiri dan menegakkan badannya, maju selangkah lebih rapat dengan Pamela dan mencium kening milik sang istri.

Pamela tertawa karena tingkah Johnny malam itu, tetapi tawanya terhenti ketika merasakan tendangan yang cukup kuat dari dalam perutnya. “Ah,” Pamela sedikit terperanjat dan memegang perutnya.

“Pam, sayang kenapa?” ucap Johnny panik. Tetapi, wanita itu malah mengangkat kepalanya dan tersenyum. “Abey nendangnya kencang banget.” Senyumnya perlahan berubah menjadi haru.

“Serius? Kok dia curang banget sih tadi aku ngelus-ngelus dia ga mau gerak.” kata Johnny cemberut.

“Nanti pasti mau kok, Ka Jo.” hibur Pamela. “Ayo makan. Kamu belum makan kan?” tanya Pamela.

Johnny memasang senyumnya kembali. “Belum. Kamu udah makan? Lumpianya gimana?” tanya Johnny.

Pamela mengangguk. “Udah, aku sisain kamu 1 aja hehe. Ayo ke ruang makan.” Pamela menarik tangan Johnny untuk dibawanya ke ruang makan.

Keluar dari ruang makan, Johnny memeluk pinggang Pamela dengan tangan kirinya, membawa sang istri ke kamar. Setelah melihat Pamela sudah nyaman di atas kasurnya. Johnny pergi untuk mandi, sebelum menghempaskan tubuh di samping Pamela.