Bandara
Kanista menjemput Pamela di cafenya untuk pergi ke bandara. Hari ini hari sabtu seperti yang dijanjikan oleh Danurdara atau singkatnya Danu bahwa dia akan pulang ke Indonesia.
Di sisi lain Janu dan Johnny juga berangkat dari kantor ke bandara untuk ikut menjemput Danu. Tanpa Pamela dan Johnny mengetahui bahwa mereka berdua akan bertemu di bandara.
Pamela dan Kanista sampai terlebih dahulu di bandara. Masih ada sekitar 15 menit sebelum pesawat Danu landing. Mereka berdua memutuskan untuk duduk di salah satu cafe yang ada di bandara.
Kemudian, notifikasi berbunyi dari handphone Kanista menandakan ada pesan masuk. Tidak lama setelah membalas pesan tersebut terlihat dari jauh Janu dan Johnny yang sedang menuju cafe tersebut.
Pamela yang melihat Johnny tentu saja kaget dan reflek memukul paha Kanista. “Lo kok ga ngomong ada Ka Jo?”
Kanista santai menjawab, “Kan lo ga nanya.”
“Ya harusnya lo bisa inisiatif dong, Nis.” kata Pamela.
“Emang aneh ya? Lagian kan ini jemput sepupu sekaligus temen kantornya. Lo takut apa sih, belum cerita ke Ka Jo ya kalo Ka Dadar mantan lo?”
“Iya.” kata Pamela pelan dan sedikit menunduk.
“Udahlah tenang aja, Pam. Lo kaya orang ketahuan selingkuh tau ga. Kan Ka Dadar udah masa lalu.”
“Iya sih, ga enak aja.” kata Pamela sedikit lega tapi masih panik.
Ketika pembicaraan mereka berdua selesai Johnny dan Janu masuk ke dalam cafe tersebut. Johnny juga kaget dan heran melihat ada Pamela. Dia jadi bertanya-tanya ada hubungan apa antara Pamela dan Danu sampai Pamela harus ikut menjemput Danu.
“Hi, Pam.” sapa Johnny.
“Gue ga keliatan ya, Ka John?” ledek Kanista kepada Johnny.
“Iya ga keliatan.” kata Johnny berpura-pura ketus.
“Ngeselin.” ucap Kanista dan beralih menatap ke arah Janu.
“Hati-hati lo berdua ketahuan Danu.” Johnny memperingatkan Janu dan Kanista yang terlihat sangat akrab.
“Ga usah ikut campur Ka John. Udah sana berduaan sama Pamela aja.” balas Kanista sedikit menggerakkan tangannya dengan isyarat mengusir.
“Gue kaget lo ikut jemput Danu.” Johnny membuka percakapan.
“Iya, udah janji soalnya.” jawab Pamela.
“Emang lo-“ belum sempat Johnny menyesaikan perkataannya. Terdengar suara teriakan anak kecil dari arah pintu cafe.
“Mama.”
DEG.
Mereka semua terdiam, termasuk ayah dari anak perempuan tersebut.
“Ilona kok manggil Tante Pamela mama?” Johnny berusaha memecah keheningan yang terjadi di antara mereka.
“Aku yang mau, Om. Trus kata Tante Pamela boleh.” Mendengar jawaban tersebut Johnny melirik ke arah Pamela dengan raut bertanya. Kemudian melirik lagi ke arah Teja.
Kanista yang merasakan hawa tidak enak dari Johnny langsung mengangkat suara. “Kayanya kakak gue udah landing deh. Yuk keluar kita kan mau jemput dia.”
Johnny yang merasa sangat bingung ditambah dengan perasaan campur aduk memutuskan untuk berjalan keluar dari cafe terlebih dahulu.
Pamela tahu bahwa dia salah dan pasti Johnny marah padanya. Pikirannya kacau ditambah lagi Ilona yang tidak ingin lepas dari genggamannya.
Ketika keluar dari cafe, terlihat bahwa Johnny dan yang lainnya sudah bersama dengan Danu. Kedua mata Danu menangkap Pamela yang sedang menggandeng Ilona.
“Hi Pam, kirain kamu ga jadi ikut jemput aku.”
DEG.
Bertambah lagi beban pikiran Johnny. Pamela dan Danu memakai ‘aku kamu’ untuk memanggil satu sama lain.
Pamela melirik ke arah Johnny setelah mendengar omongan Danu. Dia dapat melihat ekspresi muka Johnny yang lebih buruk dari yang tadi.
“Mama, aku pengen pipis.”
SHIT. Rasanya Pamela ingin menangis saat itu juga. Dia merasa sedang diberikan ujian secara bertubi-tubi.
Danu yang mendengar Ilona memanggil Pamela dengan sebutan mama memasang wajah heran dan melihat ke arah adiknya. Kanista memperlihatkan raut wajah yang seolah mengatakan, “nanti gue cerita di rumah.”