Dinner
Mama Tari: Mamanya Pamela Papa Dion: Papanya Pamela Mama Agni: Mamanya Johnny Oma Indri: Omanya Johnny
—
Pamela bersama dengan Papa Dion dan Mama Tari sampai ke restoran tempat mereka akan makan malam bersama. Sedangkan, Johnny bersama Oma Indri dan Mama Agni telah 5 menit lebih dulu sampai di restoran yang sama.
Pertemuan pertama itu tidak begitu canggung, seperti yang telah Pamela bayangkan. Keluarga mereka saling memperkenalkan diri dan juga berbincang banyak topik. Hingga topik mengenai pernikahan akhirnya mulai dibahas.
“Menurut saya mereka berdua sudah cocok banget.” kata Papa Dion. Yang kemudian dijawab oleh Oma Indri dengan semringah. “Iya, saya juga setuju. Pamela dari dulu anak yang baik. Saya suka.”
“Saya juga setuju, walaupun ini pertemuan pertama kali, tapi keliatan kok kalau Pamela dan Johnny sudah cocok dan sudah pas untuk lanjut ke jenjang yang lebih tinggi.” Mama Agni ikut dalam pembicaraan.
“Ma,” Johnny berusaha untuk menegur Mama Agni.
“Saya berencana untuk berhenti mengurus bisnis di luar kota kalau memang Pamela dan Johnny jadi menikah. Capek juga saya harus pergi terus menerus. Sampai kita sekeluarga jarang berkumpul di rumah. Hanya beberapa hari dalam sebulan.” Papa Dion sangat dominan dalam pertemuan malam hari ini.
“Hehe, jadi begini karena kita berdua udah tua jadi pengen sedikit istirahat. Tapi, Papanya Pamela emang agak keras kepala. Dia mau Pamela menikah dulu baru mau berhenti ngurus bisnis.” Mama Tari berusaha menjelaskan.
“Begitu ya. Sebenarnya saya juga sudah lama minta John buat menikah. Tapi, ga didengerin sama dia. Pacaran sama Pamela saja tidak ngomong ke saya.” ucap Mama Agni.
Percakapan tersebut didominasi oleh orang tua mereka. Johnny yang merasa seharusnya percakapan ini melibatkan mereka mulai angkat bicara. “Maaf, tapi aku sama Pamela boleh bicara ga, Ma, Pa, Oma? Soalnya ini kan juga tentang kita berdua.” potongnya.
Keempat orang tua tersebut menghentikan obrolannya dan mempersilahkan Johnny berbicara.
Johnny menarik napasnya panjang kemudian mulai bicara. “Aku sama Pamela udah sepakat bakalan ngurus pernikahan mulai bulan depan. Itu bener-bener udah ngurus semuanya. Karna bakalan sedikit overwhelmed, nanti kita minta bantuan juga buat ngurus kaya gedung dan lainnya. Jadi aku sama Pamela minta restu aja kok. Semalam aku juga udah ngelamar Pamela dan diterima. Untuk lamaran resmi ke Papa dan Mama Tari bisa kita bicarain lagi.”
Johnny bernapas lega setelah selesai mengutarakan perasaannya. Sedangkan Pamela menahan napasnya, takut dengan jawaban yang akan diberikan para orang tua itu, terutama jawaban Ayahnya.
Hening.
Mungkin mereka masih mencerna apa yang dikatakan oleh Johnny.
“Masih tahun depan dong, John?” Oma Indri yang pertama kali memecah suasana hening tersebut.
“Iya, Oma.” jawab Johnny.
“Ga bisa 3 bulan aja persiapannya? Biar desember ini kalian bisa menikah.” Papa Dion masih kukuh pada keingannya.
“Pa, itu cepet banget, aku ga mau.” Pamela yang sedari tadi diam akhirnya mulai bicara. Walaupun, kali ini dia tidak menjawab dengan nada berapi-api. Papa Dion hanya memberikan respon dengan berdeham.
“Mama setuju, ikut keputusan kalian aja.” Mama Tari yang tidak ingin terlalu memaksa anaknya menyetujui hal tersebut dengan senyuman.
“Iya, kalau Oma juga setuju dengan keputusan kalian berdua.” Kali ini Oma yang memberikan restu untuk keduanya.
Sedangkan, Mama Agni masih diam sejak tadi. Selama ini dia ingin anaknya segera menikah, agar dirinya tidak merasa kesepian. Dia hanya hidup berdua dengan Ibunya (Oma Indri). Pikirnya jika dia cepat mendapatkan menantu atau bahkan cucu dia tidak akan begitu kesepian lagi.
“Ma?” Johnny memanggil Mama Agni penasaran dengan jawaban yang akan diberikannya.
“Mama setuju. Tapi, mama ada syarat boleh? Mama cuma minta kamu dan Pamela atau kalian sendiri-sendiri ga masalah, buat sering datang ke rumah. Gimana?” tanya Mama Agni.
Johnny dan Pamela tersenyum. “Boleh kok, Ma. Ya kan, Pam?” jawab Johnny kemudian berpaling ke Pamela.
“Iya boleh kok, Tante.” jawab Pamela.
“Kok kamu masing manggil Tante, panggil Mama aja.” ujar Mama Agni.
“Iya,” Pamela terkekeh, “Ma.” Kemudian, dia menengok ke arah Papa Dion. “Papa gimana?”
“Ya sudah, lagian Papa udah kalah suara. Jadi ikut kalian saja.” jawab Papa Dion sedikit tidak senang.
“Makasih, Pa.” ujar Pamela dan Johnny tulus.
“Tapi, untuk lamarannya harus dalam minggu ini.” sambung Papa Dion.
Johnny dan Pamela tau tidak ada gunanya berdebat lagi. Karena tidak mudah untuk Papa Dion mengalah. Maka, mereka berdua menyetujui permintaan itu.
Makan malam pertemuan keluarga mereka berjalan dengan cukup lancar, kendala-kendala dan sedikit perdebatan menjadi bumbu-bumbu pelengkap pada malam hari ini. Setelah, selesai mereka kembali ke rumah masing-masing. 7 bulan merupakan waktu yang panjang, tetapi juga dapat menjadi singkat untuk mereka lalui.