Dream of You
Suara mobil yang baru saja parkir terdengar jelas dari dalam kamar Elvina. Suara deruan knalpot itu kadang sangat mengganggu dirinya, tapi kali ini berbeda. Apalagi ketika dia menerima pesan dari Garett yang mengatakan bahwa laki-laki itu telah berad di depan kosan sang puan.
Deruan jantung yang berdegup kencang dapat didengarnya. Perempuan dengan rambut hitam legam panjang itu menarik napas panjang, jujur saja jalan berdua dengan laki-laki bukan hal pertama buatnya. Bahkan, bisa dikatakan sudah menjadi kebiasaan saking seringnya perempuan itu jalan dengan laki-laki yang berbeda tiap harinya.
Garett. Laki-laki itu tidak duduk dan main handphone seperti laki-laki lain. Tidak juga hanya menunggu dengan diam di dalam mobil seperti laki-laki lain. Garett. Laki-laki itu berdiri di depan pagar sambil mengobrol dengan satpam kompleks kosan Elvina. Lucunya mereka terlihat akrab.
“Halo, sore Pak.” Elvina menyusul Garett dan tak lupa menyapa Pak Satpam.
“Sore, Neng Elv. Ini temennya udah nungguin.” Pak Satpam menjawab dengan ramah.
“Haha iya, Pak. Aku pamit dulu ya, Pak.” Elvina pamit, kemudian dia melihat dengan ujung matanya bagaimana Garett tersenyum menatapnya saat ini.
“Yaudah, Pak. Saya juga harus ikut pamit nih, nanti kita lanjutin lagi ngobrolnya, Pak.” Garett mengikuti langkah Elvina untuk pamit.
“Hati-hati di jalan kalian berdua.”
“Terima kasih, Pak.” jawab Garett dan Elvina.
Kemudian keduanya masuk ke dalam mobil. Garett masih dengan senyumnya yang lebar. Sedangkan, Elvina menatapnya heran.
“Udah sering jemput cewek di kompleks sini ya lo? Akrab banget sama Pak Satpam.” Elvina bertanya sambil menarik seatbelt-nya.
“Jangan cemburu gitu dong, Kak.” Garett sengaja menggoda Elvina.
“Dih, pede banget lo. Udah jalan aja.” ujar Elvina.
Garett menundukkan kepalanya dan tertawa kecil. “Iya ini udah mau jalan kok, Kak. Ga sabar banget ya nge-date sama gue?”
“Kata siapa ini date?”
“Oh bukan ya. Berarti emang gue yang terlalu pede.” Garett berkata dengan nada meledek.
Elvina tidak menjawab hanya fokus untuk menyambungkan bluetooth handphone miliknya ke mobil milik Garett.
Dua sejoli itu saat ini sedang asik mengelilingi beberapa toko-toko. Sekaligus membunuh waktu karena film yang akan keduanya tonton masih sekitar satu jam lagi.
“Kak, jujur aja lo risih ga sih sebenernya gue deketin.” Dengan frontal Garett menanyakan hal tersebut.
Elvina dengan sikap acuh tak acuhnya, sambil sibuk melihat pernak-pernik lucu menjawab. “B aja sih lagian yang deketin gue banyak, ga lo doang.”
“Banyak dong saingan gue. Tapi, gapapa sih ga dapet Kak Elv yang mau sama gue tetep banyak.” Sontak Elvina langsung menoleh ke arah Garett, setelah mendengar jawaban laki-laki itu. Sedangkan, yang dilirik pura-pura sibuk memerhatikan pernak-pernik—persis seperti tingkah Elvina tadi.
“Yaudah gue tanya kenapa lo deketin gue?” Elvina menghentikan segala kegiatannya dan menatap lurus Garett.
Garett membalikkan badannya ke arah Elvina dan tersenyum. “Mimpi.” Kemudian berjalan ke arah berlawanan. “Kak, udah waktunya nih.” Garett sedikit berteriak karena Elvina yang telah berjarak 10 langkah darinya.
“Eh tungguin gue.” Elvina mengejar Garett dan menyesuaikan langkah dengan laki-laki itu.