Maaf

Johnny berjalan memasuki cafe yang siang tadi sempat didatanginya. Mendekat ke arah perempuan yang sedang duduk membelakangi pintu masuk.

Saat tepat berada di belakang perempuan itu, Johnny mengeluarkan suaranya pelan memanggil perempuan yang ada di depannya. “Pam,” yang dipanggil hanya bergumam tanpa menatap ke arah Johnny. “Gue beneran ga ada maksud ke arah situ. Iya gue sadar kata-kata gue itu salah banget. Tapi, jujur dari dalam hati gue sama sekali ga berpikir kaya gitu.”

“Gue cuma pengen lo bisa istirahat aja. Lo baru pulang dari liburan dan tiba-tiba energi lo diforsir banget.” Johnny menjelaskan panjang lebar alasannya masih dengan berdiri di belakang Pamela.

“Gue cuma ga mau lo sakit aja.” lanjutnya pelan sambil menghembuskan nafas perlahan.

“Ga jadi lembur?” bukannya membalas perkataan Johnny, Pamela malah memberikan pertanyaan lain kepadanya.

“Pam, jawab dulu. Maafin gue ya. Gue cuma takut lo malah sak-“ belum sempat Johnny menyelesaikan perkataannya tadi Pamela menghadap ke arahnya.

“Ka Jo, maafin gue juga ya. Mood gue emang ga bagus banget dan karna gue cape makin hancur deh moodnya. Lo ga perlu minta maaf sih sebenarnya.” Pamela menatap tepat di mata Johnny dan tersenyum.

“Tetep aja gue salah, ga seharusnya ngomong kaya gitu. Padahal gue bisa sampein maksud gue dengan baik.” Johnny masih dengan posisinya yang tadi walaupun sekarang Pamela tidak lagi membelakanginya.

“Duduk dulu, Ka Jo.” kata Pamela dan menarik tangan Johnny untuk duduk di kursi yang ada di sebelahnya. “Kerjaan Ka Jo udah selesai ya?” tanyanya kepada Johnny.

“Belum, Pam, gue ga nyaman aja kalau belum dimaafin.” Johnny yang telah duduk itu hanya dapat menunduk seperti lebih tertarik dengan pandangan lantai di bawah dibandingkan perempuan yang ada di sampingnya.

“Ka, gue ga marah. Gue cuma lagi cape aja.” Pamela berusaha agar Johnny mau menatapnya. “Gue kalau lagi cape emang gini. Kenapa sih lo kaya gini banget cuma karna gue.” Pamela mulai sedikit tertawa dengan reaksi yang diberikan Johnny kepadanya. Selama ini tiap moodnya sedang kacau dia lebih memilih untuk tidak menemui orang-orang lain.

Johnny memberanikan diri melihat ke arah Pamela, tepat di mata perempuan itu. “Ya karna gue itu sayang sama lo Pam.” Johnny tampak sedikit frustasi tapi tetap berusaha mengatur emosinya. Dia sedikit kesal dengan caranya mengungkapkan perasaannya itu. Mereka berdua akhirnya terdiam sibuk dengan pikiran masing-masing. Padahal suasana di cafe cukup hiruk pikuk.

Setelah 5 menit diam Pamela mulai berbicara kembali, “Bukannya lo yang minta take it slow aja ya Ka Jo?” katanya sedikit tertawa berusaha mencairkan suasana.

“Iya, tapi bukan berarti kita bakalan kaya gini terus kan Pam? Lo belum siap buat mulai hubungan lagi jadi gue nungguin sampe lo siap.” Johnny masih berusaha berbicara sehalus mungkin, masih menjaga emosinya. Pamela baru saja ingin membuka mulutnya dan mengatakan bahwa dirinya sudah siap, tetapi Johnny sudah lebih dulu melanjutkan perkataannya.

“Lo kan tau yang paling penting buat gue itu lo ada di sekitar gue. Itu aja. Gue mau kita mulai hubungan di saat kita berdua udah benar-benar siap,” lanjutnya. “Gue mau kita lebih kenal satu sama lain. Kita belum kenal banget, Pam. Buktinya gue ga tau kalo mood lo bisa cepat jelek pas capek. Gue maunya kita udah saling kenal baik buruk masing-masing. Jadi kalau misalnya kita akhirnya sama-sama dan ada masalah ya bisa dibicarain baik-baik. Buat gue komunikasi itu nomor satu, Pam. Dan gue tau lo juga pasti gitu kan?”

Pamela mulai mencerna perkataan-perkataan Johnny. Terpaksa dia menelan kembali kata-kata siap untuk memulai hubungan yang ingin dikeluarkannya tadi. “Iya gue setuju, Ka Jo.” singkatnya. Kemudian dia sadar bahwa dia sama sekali belum menawarkan Johnny minum. “Btw, mau minum apa?”

“Ga usah deh, yang penting udah clear kan Pam? Gue balik kantor dulu. Btw, gue bakalan sibuk banget banyak laporan perdivisi. Jadi mungkin ga bakalan sering ketemu. Gapapa kan?” tanyanya.

Pamela hanya mengangguk dan tersenyum. Johnny bersiap berdiri untuk meninggalkan Pamela. Tetapi, sebelum benar-benar beranjak pergi dia berbalik dan menarik Pamela ke pelukan. “Don’t get sick, pretty. I’ll be sad.