Mami Ghina
Rumah dengan pagar putih tinggi yang di sekitarnya terdapat tanaman hijau menjuntai yang terlihat sangat cantik. Sekali lihat pun orang akan tahu bahwa rumah ini benar-benar terawat dengan baik.
Pagar tersebut terbuka secara otomatis, sehingga mempermudah Yordan untuk memasukan mobilnya. Rumah dengan gaya semi modern berwarna putih tulang tersebut terlihat sangat mewah.
Setelah mendapatkan posisi parkir yang pas Yordan mengajak Grizella untuk turun dari mobil dan memasuki rumahnya. Rasa gugup kembali melanda Grizella.
Saat akan memasuki rumah terlihat satpam yang disapa Yordan dengan sebutan Pak Asep yang berdiri tersenyum kepada Yordan dan Grizella. Grizella menukar senyumnya dengan sangat ramah.
“Silahkan masuk, Neng. Cantik banget pacarnya, Le” goda Pak Asep dengan sopan.
“Pak Asep bisa aja,” kata Yordan tertawa. “Aku masuk dulu ya, Pak. Permisi,” pamitnya dengan sopan.
Grizella ikut tersenyum dan sedikit menunduk ke arah Pak Asep. “Permisi, Pak.” Pak Asep tersenyum dan mempersilahkan keduanya masuk.
Keduanya sampai di ruangan yang Grizella tebak adalah ruang keluarga. Ruangan tersebut terlihat sangat rapih dan hangat.
“Mi, ini ada yang mau kenalan,” kata Yordan sedikit bercanda.
Wanita hampir paruh baya yang dipanggil menoleh ke arah keduanya. Dari wajahnya tersirat kehangatan. Tidak terlihat mengintimidasi sama sekali. Grizella bernapas lega.
Wanita tersebut menghampir si puan yang dibawa oleh putranya. “Halo, Grizella bener?” tanya wanita itu tersenyum.
“Iya, bener tante,” jawab Grizella.
“Mi, Grizella diajakin duduk ya. Aku ke toilet dulu bentar,” pamit Yordan. Grizella sedikit panik akan ditinggalkan berdua dengan Mama sang kekasih.
“Udah gapapa, kamu sama mami aku aja. Ga lama kok, aku kebelet.” Belum sempat Grizella menjawab Yordan sudah melangkah jauh.
“Sini duduk,” wanita tersebut mengajak Grizella masih dengan senyuman yang tidak luntur sejak tadi. Mami Ghina sama sekali tidak menunjukkan ciri-ciri yang calon mertua galak yang ditakutkan Grizella.
Grizella mendudukkan dirinya dengan nyaman. Sedangkan, tanpa disadarinya Mami Ghina memperhatikannya dari atas sampai ke bawah dan balik lagi dari bawah ke atas.
“Kamu udah lama sama Yordan?” Mami Ghina membuka sesi pertanyaan dengan pertanyaan umum yang ditanyakan oleh orang tua kepada pasangan anaknya.
“Masih baru, Tan,” jawab Grizella tersenyum.
“Oh, masih baru.” Grizella hanya dapat tersenyum mendengar tanggapan Mami Ghina. “Kamu itu pacar pertama Yordan dong ya?” lanjut Mami Ghina.
“Iya, Tan. Kata Yordan sih gitu.”
“Bener kok. Dia tuh belum pernah pacaran sama sekali, makanya tante tuh udah cariin dia pasangan.” Mami Ghina melirik ke arah Grizella yang perlahan kehilangan senyumannya.
“Eh, tapi kamu ga perlu takut. Tante ga nyuruh kalian putus kok. Gapapa banget Yordan pacaran dulu sama kamu. Namanya kan juga anak muda ya.”
Grizella terdiam dan hanya bisa menanggapi dengan kekehan yang dipaksa perempuan itu.
“Kamu harus ngerti, Yordan itu anak tante satu-satunya. Tante dan Om butuh dia buat nerusin perusahaan. Mungkin setelah dia lulus, masih ada sekitar 2 tahun lagi kan. Kalian boleh pacaran aja dulu, tapi setelah itu lepasin Yordan ya?” Mami Ghina mengatakan semua itu dengan senyuman dan nada lembut.
Grizella bingung harus memberikan respon seperti apa. Dia hanya diam.
Yordan datang dan memecahkan keheningan, “Maaf lama, udah ngomongin apa aja?” tanya Yordan. Laki-laki itu mengambil duduk di sebelah Grizella.
“Mami cuma nanya-nanya aja sih, Dan. Kalian udah makan? Udah lapar belum?” tanya Mami Ghina.
“Kamu udah lapar belum, Griza?” Yordan meneruskan pertanyaan tersebut ke Grizella.
“Aku masih kenyang, Dan.”
“Yaudah, ntar agak maleman aja ya kita makan barengnya.” Mami Ghina berdiri dari duduknya. “Mami ke kamar dulu ya, nanti kalau udah mau makan panggil Mami ya, Dan,” lanjutnya.
“Iya, Mi.”