Menyegarkan

Grizella sedikit berlari menghampiri mobil yang entah sejak kapan sudah sangat akrab di hidupnya. Tanpa ragu membuka pintu di samping kiri kemudi.

“Langsung jalan aja, Dan.” Paksanya.

Yordan yang heran tidak bertanya satu kata pun. Masih takut dengan perubahan mood Grizella pagi ini.

5 menit pertama keduanya diselimuti keheningan. Walaupun, bukan sekali dua kali mereka berdua sering berada di situasi hening. Bedanya keheningan kali ini diiringi rasa canggung.

Tidak ingin memperpanjang keadaan hening. Yordan memulai pembicaraan secara perlahan, “rumah lo tumben rame banget lagi ada apa sih? atau emang tiap hari minggu rame?” Tanya Yordan ke perempuan yang tengah sibuk merapikan ikatan rambutnya.

“Jarang sih.” Grizella memberikan jawaban yang tidak menjawab keseluruhan pertanyaan Yordan.

“Kalau hari ini rame kenapa?” Tanyanya terus berusaha memastikan.

“Orang tua gue pulang.” Jawab Grizella singkat.

“Wah, seru dong ya akhirnya rame.” Kata Yordan senang yang dibalas dengan kekehan oleh Grizella. Seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

Suasana diam lagi, sedikit lebih bernyawa dibandingkan sebelumnya. Tetapi, masih terhirup udara kecanggungan di dalam mobil.

Sadar ada yang tidak beres dengan Grizella, Yordan berusaha meningkatkan keberaniannya untuk bertanya. “You ok?” Ucap laki-laki itu, lebih terdengar seperti memastikan dibandingkan bertanya.

I’m not. Gue minta lo jangan tanya dulu kenapa ya, Dan. Gue juga ga tau, gue ga tau, gue bingung.” Kata Grizella terdengar isakan tertahan dari suaranya yang bergetar.

Yordan menghentikan mobilnya, walaupun hanya butuh waktu 5 menit lagi untuk sampai di tempat tujuan. Dia memerhatikan perempuan itu.

“Kenapa lo pake berhenti segala sih.” Katanya memalingkan wajahnya ke kiri, tidak ingin bertatapan dengan Yordan.

“Kita ganti plan aja ya.”

Yordan memutar mobilnya menjauhi taman tujuan awal mereka untuk berolahraga.

“Lo mau bawa gue kemana, Dan?” Tanya Grizella sedikit bingung.

“Udah ikut aja ya. Ga kalah menyegarkan kok dari olahraga. Malah lo bakalan lebih fresh, percaya gue.” Kata-kata Yordan terdengar sangat menjanjikan.

Grizella yang benar-benar tidak ada tujuan selain menjauhi rumahnya untuk saat ini menerima ajakan Yordan.

“Lo beneran mau seharian main sama gue?” Tanya Grizella tersenyum. Mood-nya membaik dibandingkan tadi.

“Gue bakalan temenin lo, Griz. Pulang dari tempat tujuan gue ini, kita ke salah satu tempat yang sering gue datengin juga mau ga?”

“Kemana emangnya?”

“Studio kecil gitu. Tempat gue ngelukis.” Katanya tersenyum pahit.

“Lo ngelukis juga? What a perfect man.” Ucap Grizella kagum. “Sumpah lo itu pinter belajar dan bisa ngelukis. Keren banget.”

Thanks, Griz. Setau gue lo juga pinter.”

“Ya tetep gak sepinter lo lah.” Jawabnya, sekarang Grizella santai yang sedikit pecicilan mulai kembali.

“Sama aja menurut gue. Padahal lo sering main, tapi nilai lo bagus banget dan katanya lo lumayan aktif si kelas.”

Grizella tertawa terbahak-bahak, “gila, siapa yang bohong ke lo?” Katanya tertawa lebih keras.

“Dosen, Griz.”

“Ha? Serius?” Grizella kaget, tetapi dia kembali tertawa lebih keras dibandingkan sebelumnya.

“Lucu banget bapak ibu dosen kita.” Grizella masih tertawa bahkan terlihat setirik air mata di ujung kelopaknya.

Yordan merasa puas melihat Grizella dapat tertawa seperti itu. Akhirnya, udara canggung tadi menghilang sepenuhnya. Mobil yang dikendarai Yordan terus melaju dengan kecepatan stabil menuju ke arah selatan.