Perasaan dan Memori
Beberapa bulan lalu Johnny dan Pamela sempat membuat janji untuk kembali ke Nihiwatu. Kembali untuk bertiga. Sayangnya, janji itu lenyap seperti matahari di malam hari karena yang ditunggu tidak akan datang. Masih tidak percaya dengan kejadian yang menimpanya, Pamela sakit, terpukul, dan menyalahkan dirinya sendiri. Hal itu yang membuat perempuan itu berada di tempat ini, sendiri. Rencana bertiga berubah menjadi sendiri.
Perempuan itu duduk dan memandangi seantero laut luas di hadapannya. Sejauh matanya memandang hanya ketenangan yang dirasakannya. Terik matahari bahkan tidak mengganggu dirinya. Pikirannya kembali berkelana kembali ke masa-masa dia duduk di tempat ini. Pertama kali perempuan berambut panjang duduk di pasir dengan pemandangan lautan lepas adalah saat sehabis sunrise lebih dari setahun yang lalu. Kala itu merupakan liburan paling bahagia Pamela. Banyak hal baik terjadi dan salah satunya adalah bertemu Johnny. Awal dari segala cerita yang membawa mereka ke keadaan ini.
Sempat terbesit di pikiran Pamela bagaimana jika dia tidak pernah bertemu dengan Johnny? Mungkin saat ini dia bisa lebih fokus kepada diri sendiri dan menjalani hidup monotonnya. Tangannya memainkan pasir-pasir yang ada di pantai tersebut. Tetapi, kalau dia tidak pernah bertemu Johnny dia sadar kebahagiaan yang selama ini mereka jalani juga akan hilang. Perasaan dan memori adalah dua hal yang terus menjadi pengingatnya. Mengingatkan bahwa rasa bahagia itu nyata.
Perempuan itu mendekap kedua kakinya lebih erat, dagunya tertumpu di kedua lututnya, tangannya masih memainkan pasir-pasir pantai. Tanpa lelaki itu Pamela tidak akan mengalami pengalaman paling bahagia dalam hidupnya setalah menginjak usia dewasa. Johnny adalah penyelamatnya. Johnny menyelamatkannya dari pelarian akan hidupnya yang terasa membosankan. Johnny menyelamatkannya dalam banyak kejadian. Apa kali ini lelaki itu akan dapat menyelamatkannya lagi? Kali ini Pamela sudah jatuh terlalu dalam, bahkan di saat terik matahari terus menusuk tubuhnya, pandangannya tetap seperti kertas hvs yang baru saja dikeluarkan dari plastiknya. Kosong.
Terlalu indah dan menyakitkan. Dia kembali menutup mata, tangannya berhenti memainkan pasir dan hanya tergeletak tanpa tenaga. Diam. Dia berusaha menghapus segala pikiran-pikiran yang membuat napasnya tertahan. Sesak. Air matanya sudah kering untuk menangis. Pada saat seperti saat ini dia ingat Johnny akan selalu datang dan langsung menanyakan apa yang terjadi dan memeluknya erat. Kali ini tidak akan ada hal itu, yang bisa dilakukan Pamela hanya memeluk tubuhnya sendiri.
Perasaan bersalah, malu, dan menyesal kembali memenuhi dirinya. Jika saja dia bisa menjaga Abey dengan baik. Jika saja saat itu dia langsung tau ada yang salah dan memeriksakan diri. Jika saja dia lebih banyak belajar lagi. Dan masih banyak jika lain yang terus berisik di dalam kepalanya. Pikirannya kembali berlayar ke waktu lain. Kali kedua dia duduk di tempat ini sambil memegang rahasia tentang hadirnya sang terkasih. Dia ingat perasaan itu, memori itu terlalu dalam untuk terlupakan. Salah satu peristiwa paling bahagia yang pernah terjadi di kehidupan Pamela.
Pikirnya, akan datang kali ketiga dan mereka bertiga dapat memandangi sunset yang sama bersama. Nyatanya, dia sendirian. Bahkan, dengan matahari yang masih terang benderang. Jauh dari kata sunset. Dia melipat tangannya di atas lututnya. Berniat untuk tidur dan melupakan segala hal berat yang tanpa henti menyakitinya.
Waktu berjalan dengan cepat, terlalu cepat hingga rasanya tidak memberikan Pamela waktu untuk bernapas. Apa mungkin selama ini Pamela sudah cukup menerima rasa bahagia? Apa mungkin kali ini hanya akan ada kesedihan dalam hidupnya? Napasnya tercekat. Air mata yang dipikirnya telah kering kembali mengalir sederas aliran sungai. Kembali lagi mengingat Johnny. Sedang apa lelakinya itu? Terlalu berat untuk bertahan, tetapi sama beratnya untuk meninggalkan.
Matahari mulai turun dari tahtanya. Pamela tidak ingin menyaksikan hal tersebut. Sehingga, memutuskan untuk berdiri dan masuk ke dalam kamar hotelnya. Kali ini bukan hotel yang sama dengan sebelumnya. Keputusan mendadak Pamela yang membuat dia tidak mendapatkan kamar dan hotel yang diinginkan.
Perjalanan ke hotel kali ini berbeda, tidak pernah terbayangkan oleh Pamela akan ada di posisi seperti ini. Dibersihkannya pasir-pasir di pakaian dan tubuhnya. Terlalu sepi membuat dia menghitung langkahnya untuk mencapai tempat istirahatnya.
Pamela berjalan masuk ke dalam hotel itu dan masuk ke kamarnya. Tidak sadar akan suara pintu yang dibuka dari arah seberang. Suara pintu Pamela yang tertutup dan suara pintu seberang yang terbuka saling beradu. Pamela membersihkan diri dan langsung tidur. Enggan untuk mengecek handphone yang sejak kemarin dimatikannya.