Ragu

Johnny memakirkan mobilnya tepat di sebelah mobil keluarga Pamela. Kemudian laki-laki itu turun dan mengetuk pintu rumah, yang disambut oleh Mama Tari dengan senyuman tipis.

“Masuk, John.”

Johnny tersenyum, tak lupa memberikan salamnya kepada Mama Tari. Laki-laki itu berjalan masuk ke dalam rumah seperti rumahnya sendiri.

“Pamela di kamar kan, Ma?” tanya Johnny.

“Iya di kamar, ga mau keluar dari kemarin pas pulang itu. Belum makan-makan juga. Makanya Mama mikir kalian itu berantem,” jelas Mama Tari.

“Anak kamu itu emang masih kekanakan banget, selalu dibilangin buat istirahat dulu dari kerjanya. Dia itu kan bukan anak kekurangan yang harus nyari duit berlebihan,” sambung Papa Dion.

“Pa, dia kan gila kerja karena ngeliat Papanya juga gitu,” kata Mama Tari.

Tidak ingin mendengarkan kedua calon mertuanya itu adu mulut, Johnny memilih pamit ke kamar Pamela.

“Pam?” Johnny mengetuk pintu kamar Pamela. Tak kunjung mendapat sautan dari empunya kamar, Johnny kembali mengetuk pintu kamar tersebut. Tapi, masih tidak mendapat respon apapun.

“Pam, aku masuk ya?” Johnny membuka pintu kamar tersebut. Dilihatnya Pamela yang sedang sibuk memainkan handphone-nya.

“Makan dulu ayo,” kata Johnny. “Abis itu kita berangkat ke hotel, udah siap kan?” lanjutnya.

Pamela hanya memberikan respon berupa gelengan kepala. Tidak jelas apa maksudnya.

“Apa yang ga? Makan dulu ayo sini,” kata Johnny sekali lagi. Terdengar terlalu sabar.

Pamela menghembuskan napas panjang. “Males makan dan aku juga belum packing sama sekali.”

“Yaudah nanti aku bantuin, tapi makan dulu ya?” bujuk Johnny.

Setelah beberapa kali bujukan baru Pamela setuju dengan permintaan Johnny.

“Maafin aku ya, Ka Jo.” Johnny yang sedang memasukkan barang-barang yang ditunjuk Pamela berpaling menatap wanita itu dan mengangkat alisnya.

“Kayanya kemarin aku keterlaluan deh,” kata Pamela.

It's ok,” Johhny tersenyum dan melanjutkan kegiatannya.

Pamela kembali menyendokkan bubur yang masih di dalam wadah styrofoam tersebut.

“Menurut kamu kita siap ga sih, Ka Jo? Rasanya akhir-akhir ini aku makin sering kepikiran.” cicit Pamela.

“Kita siap kok, Pam. Mungkin karena harinya makin dekat kamu jadi sering kepikiran.” Johnny berdiri dari duduknya. “Ini aja kan? Aku bawa ke mobil ya.” Pamela menganggukan kepalanya.

Johnny menarik 2 koper besar milik Pamela ke luar. Berjalan menuju mobilnya. Pikirannya sibuk. Dia jadi ikut bertanya-tanya apakah dia benar-benar siap dengan kehidupan pernikahan.