Rumah, pagar, dan badai.
Udara dan semilir angin di pagi hari ini sangat sejuk. Pamela yang sejak kemarin menghabiskan waktu di dalam kamar dan hanya berselimut, kembali mengeratkan selimut dalam pelukan.
Perempuan itu sudah lebih sehat dibandingkan kemarin. Mungkin itu juga termasuk efek dari pikiran-pikirannya. Kali ini dia dapat berpikir lebih jernih tentang perasaannya.
Sedikit bersyukur juga karena Johnny tidak memaksanya untuk berbicara. Mungkin dia akan sangat membenci hal itu. Keduanya tahu cara untuk memperlakukan satu sama lain.
Komunikasi tentu penting, tetapi ada saatnya yang dibutuhkan dalam hubungan adalah waktu sendiri atau bisa juga disebut dengan me time. Dan kemarin Pamela membutuhkan waktu itu dan Johnny memberikannya.
Pamela meraba-raba kasur tempatnya tengkurap berbungkuskan selimut. Handphone merupakan benda yang dicari-carinya. Tidak merasakan keberadaan handphone miliknya, Pamela keluar dari dalam selimut.
Tetapi yang pertama kali ditatapnya adalah seorang laki-laki yang kurang lebih 24 jam lagi akan resmi menjadi suaminya. Tersenyum dengan sangat manis sampai membuat kerutan di sekitar matanya.
“Kamu nyari ini?” tanya Johnny mengangkat handphone milik Pamela di tangan kanannya. “Tadi hampir jatuh, jadi aku ambil aja,” jelasnya.
Pamela tidak menjawab, tetapi terus menatap Johnny dalam.
“Masih marah sama aku?” tanya Johnny. Laki-laki itu mendekat dan duduk di pinggir kasur. Membelai rambut Pamela berkali-kali.
“I'm not mad at you,” kata Pamela.
“Yap, you're not.” jawab Johnny tertawa. Laki-laki itu menarik Pamela ke dalam pelukan dan terus membelai rambutnya pelan. Pamela meletakkan wajahnya dengan nyaman di bahu Johnny.
“Sekarang mau bicara ga?” tanya Johnny membuat sedikit jarak dengan Pamela.
Pamela menganggukan kepalanya, “iya.”
Johnny dan Pamela mengeluarkan segala keluh kesah yang dirasakan keduanya. Menjelaskan perasaan satu sama lain dan mencari solusinya bersama.
“Sayang, anggap kepercayaan itu pagar untuk rumah, dan rumah itu melambangkan kita berdua. Jelas bakalan banyak badai dan hal-hal lain yang menerjang. Badai itu ibarat omongan-omongan orang. Semakin tinggi pagar kita, semakin susah badai berusaha untuk ngerusak rumah kita. Mau sebesar apapun badai itu, kalau pagar kita terus tumbuh tinggi ga akan ngasih pengaruh apa-apa ke rumah kita.” Johnny menjelaskan dengan perumpamaan.
“Tapi, badainya tetep bisa nyakitin aku, Ka Jo.” jawab Pamela.
Johnny paham maksud Pamela apa. “Aku janji bakalan lindungin kamu dari badai itu. Cerita ke aku ya, jangan dipendam sendiri.”
Pamela merasa lebih tenang, setidaknya penjelasan dari Johnny cukup untuk menenangkannya.