Satu kamar

“Tumben ga telat.” Johnny menyapa saat melihat Pamela berjalan mendekatinya.

“Kaya tau gue suka telat aja lo, Ka.”

“Pengalaman 2 hari ini aja sih.” Johnny tertawa.

“Yaudah yuk.” Pamela mengajak Johnny untuk segara berpindah ke tempat makan yang telah direservasi oleh pria tersebut.


“Asli ini cakep banget sih, Ka. Ga jauh beda sih dari kemarin tapi lebih cakep.” Pamela berseru dengan mata yang berbinar.

“Iya kan, padahal tempatnya cuma geser dikit.” Johnny secara perlahan menarik kursi untuk didudukinya.

“Pam, gue nyaman banget sih ngabisin waktu kaya gini sama lo.” Johnny mengakui perasaanya. “Sayang banget gue harus balik besok.” Senyuman di wajah pria itu perlahan memudar.

“Kaya ga bakalan ketemu di Jakarta aja deh, Ka.” Pamela mencoba untuk sedikit mencairkan suasana.

“Ya beda lah. Tapi, gue bakalan sering ke cafe lo. Kuenya enak.” Belum sempat membalas perkataan Johnny, mereka diinterupsi oleh suara pelayan yang mengantarkan makanan.

“Makan dulu aja yuk,” ajak Johnny. “Gue tau lo udah lapar banget.”

Pamela tertawa dan mengambil piring miliknya. “Selamat makan ka Jo.”

“Selamat makan juga Pamela.”


Setelah menyelesaikan makan malam tersebut. Mereka melanjutkan kegiatannya sama seperti kemarin yaitu saling memberikan pertanyaan satu sama lain. Sampai tiba-tiba Pamela membahas topik mengenai liburan ini.

“Lo yakin besok balik, Ka?” tanya Pamela ragu-ragu.

“Ya, yakin lah. Gue harus kerja. Kalau ga si Janu bisa ngamuk.” Johnny tertawa mendengar pertanyaan Pamela.

“Sebenarnya gue juga nyaman banget sama lo, Ka. Gue bukan orang yang gampang buat deket sama orang baru. But, I can say you’re different.” Johnny tersenyum dan tetap diam agar Pamela dapat melanjutkan kalimatnya.

“Jujur gue tadi mau ngajak lo, buat manjangin cuti,” Pamela menengok ke arah Johnny yang sedang menatapnya dalam.

“Kita tetep lanjutin trip ini.” Pamela mengatakannya secara perlahan, tetapi jelas terdengar di telinga Johnny.

“Nanti lo ga perlu ambil kamar lagi, kita bareng aja.” Suaranya semakin menciut sampai di akhir kalimat. Tentu saja Johnny yang mendengarnya terkejut.

“Lo serius?”

“Iya, Ka Jo. Lo kan tau satu malam di sini mahal banget. Lagian kamarnya besar kok. Mungkin duit bukan masalah lo juga sih. Aduh gue bego banget ya.” Pamela berusaha tertawa dengan tingkah bodohnya.

“Gue mau.”

“Ha?”

“Iya gue mau. Jangan ditarik lagi ucapan lo.”

Pamela dan Johnny berusaha untuk menahan senyumannya. Terkadang, 2 hari akan lebih berarti dibandingkan 2 tahun jika bersama orang yang tepat. They don’t need to tell each other about their feelings. They know it. Just by looking at each other. They felt comfortable.