Studio

Yordan menghampiri Grizella yang tengah berdiri di depan warung. Kegusaran terpampang di wajah perempuan itu, membuat Yordan heran.

Yordan mengagetkan Grizella, “Griz, udah beli minumnya?”

“Ha? Iya ini satunya buat lo.” Kata Grizella memberikan satu botol minuman isotonik kepada Yordan.

“Yaudah ayo masuk.” Ajak Yordan.

“Dikit lagi boleh ga?” Tolak Grizella.

Yordan menautkan alisnya dan bertanya, “kenapa emangnya? sumpek ya di dalem studio gue?”

“Ga gitu,” katanya terhenti, “gue cuma—“ Grizella kebingungan mencari kata-kata. Dia tidak ingin mengatakan sesuatu terkait mantan kekasihnya itu.

Masih dengan keadaan bingung, suara pintu depan studio yang dibuka terdengar. Membuat keduanya refleks menengok. Terlihat seorang laki-laki berpenampilan menarik dengan ripped jeans yang dikenakannya.

“Oi, Yordan.” Sapa laki-laki itu ke Yordan. Sedangkan, Grizella memilih untuk melihat ke arah jajanan di warung.

“Eh, apa kabar, Bang? Tumben lo kesini lagi, ada apa?” Tanyanya.

“Gue mau ngambil barang-barang di sini aja sih. Soalnya gue, istri, dan anak bakalan pindah ke luar kota.” Laki-laki itu menjelaskan. “Siapa, Dan? Gue kaya kenal” Dia melirik ke arah Grizella.

Grizella sontak terkejut mendengar perkataan itu.

“Oh ini temen gue, Bang Keenan. Kenalin Grizella. Griz kenalan dulu gih, temen gue.”

“Zella?” Panggilan refleks dari Keenan membuat Yordan terkejut.

“Lo kenal, Bang?” Tanya Yordan sangat penasaran.

“Mantan gue, Dan. Kita balik ke dalam aja yuk.” Grizella menjawab pertanyaan Yordan dan dengan cepat menarik tangannya masuk ke dalam studio.

“Griz, gue mau ngomong sama lo.” Teriak Keenan berusaha mengejar mereka berdua. Kaki Grizella terhenti.

“Ga sekarang, Keenan.” Katanya tanpa membalikkan badan. Kemudian kembali berjalan menarik Yordan.


Keduanya tengah duduk di unit studio milik Yordan. Diam.

Terdengar suara Yordan membersihkan tenggorokannya, “ehem.” Membuat Grizella menengok dan mengangkat kedua alisnya—seperti bertanya ada apa.

“Eh, ga Griz. Gue ngerasa aneh aja diem-dieman gini.” Yordan berusaha mencairkan suasana.

I’m sorry. Gue bakalan cerita ke lo.”

“Nanti aja. Kalo lo siap.” Tolak Yordan.

It’s not a big deal, lagian gue udah ga masalah,” kata Grizella, “I think,” lanjutnya tersenyum.

It’s ok, Griz. Nanti lo siap aja.”

No, gue mau cerita sekarang.” Kata Grizella, kemudian menarik napas dalam.

“Keenan itu pacar pertama aku di kampus. Gue bukannya sombong, tapi dari banyak cowok yang deketin gue dia yang paling bisa yakinin gue, Dan.” Yordan tersenyum mendengar itu, masih fokus mendengar Grizella.

“Hubungan kita seru, tapi dia selalu ngomon ga punya media sosial. Awalnya gue ga percaya, tapi kata temen-temennya emang iya. Emang ga punya?” Grizella melirik Yordan.

“Gue ga tau sih, Griz. But, I think iya Bang Keenan ga punya media sosial atau emang jarang pake.”

“Ah udahlah gue ga peduli dia boong itu ga tentang medsos. Gue langsung ke intinya aja. Jadi, waktu gue bantuin Kak Lio nge-handle Kipos, Btw, It’s my brother EO. Gue dapet DM dari customer, and guess who? Itu istri dia. Di mana posisi gue masih pacarnya.

Gue sakit hati, Dan. Kita janjian dan dia bener-bener kaget ngeliat gue. Dia minta waktu buat ngejelasin, but i don’t give it him. Gue ninggalin restoran itu dan ngebiarin karyawan Kak Lio yang ngurusin itu.”

Tangan Yordan mengepal keras. Kaget dengan apa yang baru saja didengarnya.

“Dan hari ini hari pertama gue ketemu dia, setelah kejadian itu. Udah 6 bulanan sepertinya.” Kata Grizella tersenyum sendu.

You can cry,” Kata Yordan sedikit mendekat ke arah Grizella. “Sorry, but you have my shoulder to cry on.

Tangisan Grizella pecah seketika. Di bahu Yordan, tepatnya dipelukan laki-laki itu.