The Way You Smell
cw // slight sexual content
Selama masa kehamilan Pamela, Johnny paling tidak ingin pisah jauh dari sang istri. Jam kerja yang memakan banyak waktu pun sangat dibencinya. Tetapi, tuntutan pekerjaan tidak dapat dihindarinya. Panggilan kerja selama 3 hari di luar kota pun mendatanginya. Bukannya tidak ingin bersikap profesional, tetapi usia kehamilan Pamela sudah memasuki 38 minggu. Tinggal menghitung jari untuk sampai ke Hari Perkiraan Lahir atau HPL.
Tiba saat Johnny harus menjelaskan ke Pamela kondisi yang dibebankan kantor kepadanya. Sampai di rumah, Johnny tidak langsung masuk ke kamar tidur. Melainkan, laki-laki itu duduk di ruang tengah. Diam dan melamun. Johnny berdecak keras, dia benci keadaan ini. Dia ingin berada di sisi istrinya saat melahirkan.
Terlalu banyak perdebatan yang terjadi di kepalanya. Hingga, bunyi langkah kaki terdengar dari arah belakang. Memaksanya untuk menengok ke arah suara tersebut. Dilihatnya Pamela dengan wajah bantalnya, memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua tangan.
“Kenapa keluar sayang?” tanya Johnny. Pria itu berdiri dan menghampiri Pamela dan melakukan rutinitasnya tiap pulang kerja yaitu mengecup kening sang puan. “Ayo masuk kamar lagi.”
“Aku keluar karena ga lihat kamu di samping aku. Kirain emang belum balik, tapi tadi aku udah denger suara mobil kamu masuk. Makanya aku heran.” Pamela menjelaskan alasannya. “Kamu lagi ada masalah?” lanjut Pamela bertanya.
“Gak, tapi…”
“Tapi apa Ka Jo? Aku ga mau loh kita ga jujur satu sama lain.”
“I’m sorry. Aku ga maksud nutupin sesuatu. Ga mungkin juga aku ga ngomong ini sama kamu. Aku bingung aja ngomongnya gimana.” Johnny mendekat dan perlahan mendekap Pamela, menarik sang puan ke dalam pelukannya.
Pamela menarik dirinya dari Johnny. Kedua tangan Johnny berada di pinggang Pamela, sedangkan kedua tangan wanita tersebut bergerak meraih wajah Johnny.
“Ayo cerita, aku dengerin.”
Pamela mengajak Johnny untuk kembali duduk di tempatnya tadi agar mereka dapat mengobrol dengan nyaman. Johnny menceritakan kegelisahannya tentang pekerjaan yang harus, mau tidak mau, dilakukannya.
Pamela tersenyum. Dia paham betul kenapa Johnny yang termasuk gila kerja–sama sepertinya–tidak mau untuk pergi. Tidak lama lagi mereka akan menyambut Abey ke dunia. Walaupun, sebenarnya HPL mereka masih seminggu lagi. Tetapi, tidak ada yang tahu dengan masa depan.
“It’s ok, you can go. Aku di sini banyak yang jaga dan due date-nya juga masih seminggu lagi, Abey mau kok nungguin Papipnya. Iya kan, sayang.” Pamela melihat perutnya dan mengusapnya gemas. Johnny menatap Pamela dengan mata sayu kelelahan, berharap Pamela sedikit memihaknya.
“Tapi,”
“Ga ada tapi tapi, Ka Jo. Pergi yaa.” Sekali lagi Pamela tersenyum, mengusap puncak kepala hingga pipi Johnny dan mencium kedua pipinya. Membuat pria itu memeluknya, meletakkan dagunya di bahu Pamela. Kemudian, menarik napas dalam di leher Pamela.
“*But, I will miss your smell so bad. You know that I love the way you smell, your body…” Johnny terus menarik napas di sekitar leher dan bahu Pamela. Secara perlahan berubah dari ciuman-ciuman kecil menjadi gigitan. Tercetak jelas bentuk gigitan berwarna merah di leher Pamela. Johnny tidak berhenti sampai disitu saja, pria itu mulai menjilati leher Pamela dan tangannya masuk ke dalam baju tidur Pamela.
“Wait, stop.” Pamela berusaha menghentikan dan mendorong Johnny menjauh. Johnny tidak menjawab hanya memberikan tatapan bertanya kepada Pamela.
“Can we at least do it in our room, not here.” Mendengar itu Johnny langsung mengangkat Pamela ke gendongannya. Bibirnya mengejar milik sang puan, bermain dengan lidahnya. Bahkan, tidak sadar dengan napas mereka yang saling berburu.
Johnny menurunkan Pamela ke kasur mereka secara perlahan. Bergerak melepas kemeja yang dikenakannya sekarang. Pamela memperhatikan tangan Johnny yang sedikit bergetar. Dia tertawa. Hal itu menarik perhatian Johnny.
“What?” tanyanya.
“Tangan kamu gemetar,” Pamela tertawa. “Aku berat banget ya?”
Pertanyaan itu membuat Johnny ikut tertawa, “Of course, no. Aku kecapean kali ya?” Kemudian duduk di samping Pamela dengan bagian tubuh atas yang terbuka.
“Cuddling aja ya? Mandi dulu sana.” kata Pamela mengusir Johnny.
Johnny bergegas pergi membersihkan tubuhnya. Keluar dari kamar mandi, pria itu mengenakan pakaian tidurnya. Dilihatnya Pamela yang telah nyaman di sisi kiri kasur mereka. Johnny masuk ke dalam selimut dan memeluk erat Pamela dari belakang. Wajahnya diletakkan di bahu Pamela. Kembali mencium leher Pamela, Johnny selalu merasa dimabukkan oleh wangi yang keluar dari tubuh Pamela. Kemudian berbisik tepat di telinga sang istri, “Good night, pretty.”